Sabtu, 10 Januari 2015

Eceng Gondok, tanaman air yang perkasa

Eceng gondok adalah sejenis tanaman air yang sering kita dapati tumbuh liar di perairan. tanaman ini dikenal sebagai tanaman ekspansif, yang mana ia dapat menjelah hingga jauh dari tempat asalnya, baik melalui peran manusia, ataupun karena faktor alam, seperti arus air. Ia dapat dengan mudah beradaptasi di berbagai tempat dan berkembang biak dengan cepat. 

Eceng gondok dapat tumbuh di aliran air, seperti sungai dan parit. Ia tetap hidup walau terbawa arus air, karena sifatnya yang mengapung. sering kita dapati enceng gondok mengambang terbawa arus air yang tenang di sungai-sungai besar yang dalam. Apabila ia tersangkut di tepian sungai, ia akan membentuk jaringan yang dapat menutupi tepian sungai dalam waktu yang relatif singkat. oleh karena itu di bibir sungai-sungai yang besar eceng gondok banyak terlihat tumbuh subur bersamaan dengan pohon kangkung. Hal ini sering dimanfaatkan oleh nelayan lokal untuk mencari ikan. karena selain terlindung dari arus air, ikan dapat mencari makan di antara akar tamanan air ini dan juga berkembang biak. Meski demikian, di sungai berarus deras, terutama di daerah dataran tinggi, jarang sekali (hampir tidak ada) tamanan eceng gondok.

gambar eceng gondok
Tanaman eceng gondok
Selain di aliran air, tanaman yang memiliki bunga ungu ini, dapat hidup di perairan diam, seperti rawa dan danau. bahkan ini adalah daerah yang paling ideal untuk eceng gondok tumbuh dan berkembang. Di rawa dan danau, tanaman yang di Amerika Selatan dikenal dengan nama "gulma dari neraka" ini, dapat ber-regenerasi dengan cepat. Terkadang kondisi ini menjadi masalah bagi ekosistem, sebab ia mampu menutupi seluruh permukaan air. Bahkan untuk perairan yang sangat luas sekalipun.

Salah satu sifat lain yang dimiliki tanaman ini adalah ia mampu beradaptasi dan hidup dengan baik di berbagai kondisi air. ia juga dapat tumbuh di air yang bersih ataupun kotor. kecuali di perairan ekstrim yang mengandung bahan kimia yang pekat dan bersuhu tinggi, misalnya di perarian dekat pembuangan limbah pabrik.

Keberadaan eceng gondok, sering kali menjadi masalah tersendiri bagi manusia, baik di desa maupun di perkotaan. Di daerah perkotaan, di danau-danau kecil yang biasa digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga, tanaman yang dapat merambat dengan cepat ini dicap sebagai masalah. Mereka dianggap merusak keindahan. Kolam yang dipenuhi eceng gondok terlihat kumuh dan kotor. Jika dibiarkan dalam kurun waktu yang lama, meraka akan merubah kolam tersebut menjadi lapang yang hijau. Maka untuk membersihkannya, membutuhkan energi yang tidak sedikit, karena jumlah timbunan sampah eceng gondok ini dapat mencapai puluhan bahkan ratusan kubik. dan juga dapat mencapai berat beberapa ton. 

Tanaman eceng gondok, mengambang di permukaan air
Sedangkan di pedesaan, permasalahan eceng gondok lebih ke arah nilai ekonomis. jumlah eceng gondok yang teramat besar, dengan tingkat kepadatan yang tinggi, menyebabkan hambatan tersendiri bagi kelangsungan hidup satwa air. Dalam hal ini adalah ikan, udang dan ketam. Kepadatan eceng gondok yang tinggi di sebuah daerah peraian menyebabkan ikan dan udang kekuranganan oksigen. baik karena tidak adanya ruang terbuka bagi mereka untuk mengambil nafas, ataupun karena eceng gondok menghisap oksigen di dalam air pada malam hari. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan populasi satwa air yang beberapa di antaranya adalah sebagai sumber penghidupan masyarakat desa, menenurun. Namun demikian, para pencari ikan di daerah perairan yang padat eceng gondok, sering memanfaatkan keadaan ini. Mereka menyingkirkan beberapa rumpun enceng gondong, sehingga menjadi ruang terbuka. Sehingga ikan-ikan yang membutuhkan oksigen akan berkumpul di daerah tersebut dan lebih mudah ditangkap.

Manfaat eceng gondok

Namun demikian bukan berarti tanaman ini tidak memiliki manfaat sama sekali. di beberapa negara maju, terus dikembangkan penelitian tentang manfaat eceng gondok terhadap air. Salah satu hal yang sudah ditemukan adalah bahwa eceng gondok dapat meningkatkan kualitas air. Karena ia dapat menyerap radikal bebas di dalam air.

Fungsi lainnya adalah pemfaatan eceng gondok untuk biogas. eceng gondok adalah tanaman potensial sebagai bahan energi alternatif. Apalagi, mengingat kemampuan dirinya untuk berkembang biak dengan cepat secara alami, membuat eceng gondok sangat memungkinkan untuk dikembangkan sebagai energi alternatif untuk sekala ekonomis.

Eceng gondok berkembang di tepian perairan
Manfaat lainnya dari tanaman ini adalah sebagai bahan dasar kerajinan. Di Indonesia sendiri, sudah banyak pengrajin tekstil dan mebel yang memanfaatkan tanaman air ini. Ia dapat dikembangkan menjadi berbagai jenis produk, mulai dari tas, lampu hias, bahan pelapis meja, kursi dan sofa, dan sebagainya. Di samping karena alasan mudahnya proses pengolahan eceng gondok menjadi produk setengah jadi, ia adalah tanaman yang murah. Sehingga potensi pemanfaatan eceng gondok untuk komoditi industri samangat memungkinkan.


Dalam hubungannya dengan pelestarian lingkungan/alam, adanya sekumpulan besar eceng gondok di perairan, dapat menjadi rumah dan tempat berlindung untuk beberapa species unggas. Sebut saja beberapa jenis belibis liar dan bangau. Kawanan burung-burung ini dapat mencari ikan-ikan kecil di sela-sela akar eceng gondok, yang merupakan makanan utama untuk mereka. Lebih jauh mereka dapat membuat sarang, bertelur dan membesarkan anak-anak mereka di antara batang-batang eceng gondok dengan aman, jauh dari ancaman predator. karenanya, di beberapa tempat konservasi alam untuk unggas peraian, tanaman ini adalah salah satu media alami yang dikembangkan sebagai rumah bagi berbagai jenis unggas.

Demikianlah, eceng gondok adalah tanaman air yang perkasa, yang dapat hidup dan bertahan di perarian mana saja. Dan mampu berkembang biak dengan dengan cepat dan dapat dikembangkan untuk berbagai bentu produk yang bermanfaat bagi manusia.

Kamis, 08 Januari 2015

Nama Latin Eceng Gondok

Nama latin gondok, adalah Eichhornia crassipes (Barrett, 1988). Ia juga biasa di sebut dengan water hyacinth. Ia berada dalam keluarga Pontederiaceae yang memiliki sembilan genera, yagg termasuk di dalamnya adalah Eichhornia (eceng gondok). Eichhornia memiliki sembilan species tumbuhan air yang hidup di air tawar, dan satu di antaranya adalah eceng gondok seperti yang kita kenal.

Eceng gondok mengambang dipermukaan air, ia membentuk dua kanopi daun dan kanopi akar. Kanopi daun adalah struktur yang terbentuk di permukaan air pada tanaman eceng gondok, ia dihubungkan dengan batang yang terbentuk dari sel-sel yang berisi udara yang terisolasi, yang berfungsi sebagai pelampung yang dapat menahan agar tanaman ini selalu menngambang dipermukaan air.

Adapun Kanopi akar adalah bagian yang terendam dibawah air, berbentuk rumpun akar yang ditumbuhi rambut. akar eceng gondok ini  tidak memiliki percabangan. ia dapat tumbuh hingga sepanjang setengah meter.

Eceng gondok adalah tanaman yang memiliki daun tegak, mengambang bebas dan memiliki stolon (batang yang menghubungkan satu individu ke individu lainnya). Tanaman eceng gondok dewasa akan terdiri dari akar, daun, stolon, bunga dan biji. Melali stolon ini, individu baru akan terbentuk, yang kemudian dalam waktu yang lama akan membuat sebuah jaringan yang menutupi permukaan air, yang saling terhubung satu sama lain.

gambar eceng gondok
Rawa yang dipenuhi ecen gondok
Eceng gondok (WH) berasal dari Brazil dan kini telah menyebar ke seluruh negara-negara tropis dan subtropis (Parsons & Cuthbertson, 2001) dan dianggap sebagai salah satu tanaman air yang paling invasif di dunia. Ia tumbuh tidak mengenal musim dan dapat hidup terus sepanjang tahun. Ia tumbuh begitu cepat menutupi permukaan air dan menutupi saluran air. Di beberapa tempat kepadatan eceng gondok dapat mengganggu kestabilan hidup hewan air. Dan ia merupakan salah satu tempat yang ideal untuk tumbuhnya bibit penyakit. Eceng gondok juga dikenal
memiliki efek ekologi dan sosial-ekonomi yang signifikan (Villamagna &
Murphy, 2010). 

Namun demikian eceng gondok memiliki manfaat potensial, yang dapat dikembangkan untuk sekala komersial. di antaranya adalah:
- Untuk pakan ternak
- Pemurnian air
- sebagai bahan pembuatan papan fiber
- Biogas
- bahan produksi kertas
(Lindsey & Hirt, 1999).

Di negara-negara tertentu, seperti vietnam, dimana kualitas jerami padi sebagai sumber serat buruk, eceng gondok dapat menjadi pakan alternatif yang potensial untuk ternak. Ia memiliki kandungan protein yang tinggi, terutama pada bagian daun (Virabalin et al., 1993) dan pentumbuhan eceng gondok begitu cepat (Gopal,
1987). Hal ini menyebabkan eceng gondok menjadi tanaman yang ideal sebagai pakan ternak sapi, kambing, domba, bebek, bahkan ikan nila (mujair). Selain itu, proses pemanenan eceng gondok dapat dilakukan secara manual dalam skala kecil dan tidak memerlukan teknik pemanenan yang khusus (Gunnarsson &
Petersen, 2007).

Penggunaan eceng gondok sebagai pakan ternak dianggap sebagai metode kontrol mekanis yang efektif. karena jumlah eceng gondok yang berada di perairan dapat terkontrol secara berkala.


Di Indonesia sendiri, pemanfaatan eceng gondok untuk bahan pakan ternak belum dimaksimalkan. Padahal, di beberapa tempat (perairan danau atau rawa) eceng gondok tumbuh dalam jumlah yang masiv, bahkan tergolong berlebih. Di Indonesia ia lebih dianggak sebagai gangguan. Oleh karena itu pemanfaatan eceng gondok sebagai pakan ternak dapat menekan biaya produksi ternak secara signifikan, sekaligus sebagai upaya untuk mendukung program pelestarian dan keseimbangan alam.

Rabu, 07 Januari 2015

Ciri-ciri khusus tanaman eceng gondok

Tanaman air ini tidak asing bagi kita. Ia dapat ditemukan di berbagai perairan di daerah tempat tinggal kita. Di sungai, danau ataupun rawa-rawa. Berikut adalah ciri-ciri khusus tanaman eceng gondok.


Batang
Batang eceng gondok berbentuk tegak (panjang dapat mencapai 60 cm dan memiliki bantalan bunga). Batang lainnya berbentuk horizontal (stolons), panjangnya sekitar 10 cm dan sebagai alat untuk memproduksi tanaman baru (tunas) (Parsons & Cuthbertson, 2001).

Batang eceng gondok
Batang eceng gondok


Daun
Eceng gondok memiliki dua jenis daun. Ada yang dapat mencapai panjang 60 cm, berbatang kurus dan berdiri tegak. Dan bentuk daun lainya yaitu hampir membuat bulatan, dapat mencapai 30 cm dan melengkung ke atas dengan tepian daun agak berombak. Kedua jenis daun ini memiliki karakter fisik yang sama, halus, tanpa bulu, mengkilap. Tangkai daun bisa panjang 50 cm dengan pangkal yang menggelembung, baik bulat atau memanjang, yang terdiri dari sel-sel yang berisi udara yang terisolasi. Sel-sel yang memungkinkan tanaman untuk mengapung di atas air (Parsons & Cuthbertson, 2001).

Daun eceng gondok
Daun eceng gondok


Bunga
Bunga eceng gondok yang berwarna ungu muda terlihat menarik, dengan enam lobus atau kelopak. Kelopak bunga teratas memiliki titik kuning di tengahnya dan dikelilingi oleh warna ungu gelap. Setiap kuncup bunga yang tumbuh dari tanaman ini terdiri dari sekitar 8 kuntum (kisarannya adalah 3-35 kuntum) bunga dan setiap
bunga hanya mampu bertahan beberapa hari saja. Tanaman baru akan mengeluarkan kuncup bunga ketika sudah berusia 3 atau 4 minggu (Parsons & Cuthbertson, 2001). Di dalam kondisi lingkungan yang ideal, eceng gondok dapat menghasilkan bunga berulang-ulang sepanjang tahun; meskipun intensitas tumbuhnya bunga dapat bervariasi, dengan panjang musim pertumbuhan bunga yang bervariasi (Malik, 2007).

Bunga eceng Gondok
Bunga eceng Gondok


Buah-buahan dan biji-bijian
Buah terdiri dari kapsul bersel tiga yang sempit. Memiliki panjang sekitar 1 sampai 1,5 cm. Ia dapat mengandung sampai 300 biji. Ukuran biji eceng gondok  sekitar 1 sampai 1,5 mm dengan bentuk memanjang. Benih yang telah matang dapat berkecambah dalam beberapa hari. Di daerah yang bersuhu dingin, mereka tetap aktif selama 15 sampai 20 tahun di dalam endapan lumpur kering, lalu mulai berkecambah saat dibasahi. Pada kondisi suhu 20 sampai 35oC biasanya kecambah akan mulai tumbuh. Dengan kata lain, pertumbuhan bibit eceng gondok dapat berlangsung dengan cepat seiring meningkatnya suhu lingkungan (Malik, 2007; Parsons & Cuthbertson, 2001).

Biji eceng gondok
Biji eceng gondok


Akar
Morfologi akar eceng gondok sangat kaku, berserat dan memiliki satu akar tunggal utama yang ditumbuhi banyak laterals, membentuk sistem akar serabut. Karena setiap akar lateral yang memiliki bulu-bulu akar, eceng gondok tetap dapat menyerap nutrisi di dalam air yang bernutrisi rendah (Xie & Yu, 2003). Akar lateral umumnya lebih panjang dan lebih padat pada tingkat perairan yang berkadar fosfor rendah dari pada kadar fosfor tinggi (Xie & Yu, 2003). Di perairan dangkal, akar mungkin akan melekat ke dasar perairan selama beberapa minggu ketika permukaan air menurun (Parsons & Cuthbertson, 2001). Rasio tunas akar berbanding terbalik dengan tingkat gizi, khususnya yang berkaitan dengan nitrogen. Eceng gondok akan memiliki akar yang tebal dan banyak, pada daerah perairan yang miskin nutrisi. Warna ungu pada akar adalah sebuah indikasi bahwa tanaman hidup pada peairan dengan kandungan gizi yang rendah (Xie & Yu,
2003).

Akar eceng gondok
Akar eceng gondok